Kartul


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Para pelajar sering menemui situasi dimana tugas yang diberikan berminggu-minggu sebelumnya baru mulai dikerjakan sehari sebelum / sesudah deadline. Biasanya ketika kita diberikan tugas, kita memiliki rencana dan jadwal untuk menyelesaikannya tetapi mengapa kita tidak disiplin mengikutinya? Hal tersebut dinamakan Prokrastinasi atau kebiasaan menunda-nunda.
Prokrastinasi kadang diidentikan dengan kata malas, tetapi apakah itu benar? Ternyata prokrastinasi adalah aktivitas yang sengaja tidak melakukan tugas, bukan sebuah kemalasan dimana orang memilih tidak berbuat apa apa. Contoh dari prokrastinasi misalnya kamu siap untuk mengerjakan tugas tapi malah justru mebuang-buang waktu browsing di internet. Salah satu cara mengetahui perbedaannya adalah jika aktivitas yang dilaksanakan terasa mengganggu.

1
Kerugian dari prokrastinasi antara lain adalah, mengancam kinerja belajar murid, membuat murid menjadi tidak teratur hidupnya, menciptakan stres, bahkan membuat hubungan yang kurang baik dengan orangtua karena menuduh murid tersebut malas.
Tanggapan bahwa prokrastinasi itu sama dengan malas menyebabkan solusi untuk menghindari situasi tersebut seakan-akan hanya diselesaikan dengan cara memaksa murid mengerjakan tugasnya, padahal dapat ditemukan tips dan cara yang lebih baik untuk menolong murid menghilangkan kebiasaan tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis membuat karya tulis ini untuk mengenali apa sebenarnya prokrastinasi bagi masing-masing orang dan mencoba mencari solusi untuk menyelesaikannya.

1.2  Rumusan Masalah   
      1. Apa itu prokrastinasi?
      2. Apakah prokrastinasi sama dengan malas?
3. Kenapa orang berprokrastinasi?
4. Apa yang biasanya dilakukan orang ketika berprokrastinasi?
5. Apakah prokrastinasi dapat dihindari?

1.3  Batasan masalah
Karya tulis ini penulis membatasi masalah hanya pada kondisi prokrastinasi pada pelajar dalam menyelesaikan tugas sekolahnya

1.4  Tujuan penulisan
Tujuan penulis membuat karya tulis ini antara lain:
1.      Mencari jawaban apa itu prokrastinasi
2.      Mengetahui apakah prokrastinasi sama dengan malas
3.      Mengetahui kenapa orang berprokrastinasi
4.      Mengetahui apa yang biasanya dilakukan orang ketika berprokrastinasi
5.      Mencari jawaban apakah prokrastinasi dapat dihindari

1.5  Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari referensi dari internet dan buku. Serta melakukan wawancara kepada responden pelajar.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Prokrastinasi
Buku Jane B. Burka “Procrastination.: Why You Do It, What To Do About It Now.” (2008: 5) menyebutkan bahwa definisi kamus dari prokrastinasi adalah “untuk menunda, menghindar, dan memperpanjang.” Kata sendiri itu   berasal dari bahasa latin “pro” yang berarti maju atau panjang, dan “crastinus” yang berarti hingga esok hari. Majukan hingga esok hari, atau dikenal sebagai “akan saya lakukan besok.”  Selain itu, website Mindtools.com mengatakan bahwa prokrastinasi adalah proses aktif, anda memilih melakukan hal lain dari pada tugas yang anda tahu harus dikerjakan. Prokrastinasi biasanya melibatkan menghindari sebuah kegiatan yang tidak menyenangkan tetapi kemungkinan besar lebih penting, dan memilih kegiatan yang lebih menyenangkan atau lebih mudah.

4
Definisi lain dari prokrastinasi juga terdapat dalam buku Piers Steel yang berjudul ‘The Procrastination Equation” (2011). Buku ini mengatakan bahwa sebenarnya prokrastinasi memiliki makna yang lebih dalam. Terdapat unsur penundaan dalam pemilihan prioritas, kecermatan berkerja, dan kesabaran dalam menyelesaikan pekerjaan, tetapi tidak ada satupun yang memiliki makna yang sama dengan prokrastinasi. Prokrastinasi bukan hanya masalah penundaan tetapi sebuah penundaan yang irasional. Ketika kita secara sukarela menunda tugas meskipun memercayai diri kita akan lebih buruk daripada tidak menundanya. Ketika kita berprokrastinasi kita tahu kita bertindak melawan kepentingan utama.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah sebuah tindakan tidak logis, karena melakukan penundaan sebuah hal penting, hanya karena tidak nyaman atau menyenangkan. Prokrastinasi pada dasarnya disebabkan oleh perencanaan yang kurang baik atau tidak efektif yang menyebabkan prokrastinator mengalami stres, perasaan bersalah, kehilangan produktifitas, dan kehilangan kesempatan. Walau demikian prokrastinator pada dasarnya ingin menyelesaikan tugas-tugasnya dan biasanya bisa menyelesaikan tugas-tugasnya walaupun tidak sempurna atau sangat terlambat.
2.2 Perbedaan Prokrastinasi Dengan Malas
 Sejumlah masyarakat berpendapat bahwa prokrastinasi sama dengan malas, menurut Dictionary.com malas adalah “keengganan berkerja, beraktivitas, atau mengeluarkan tenaga”. Memang kedua tindakan terdengar sama, tetapi menurut artikel Academichelp.net, disebutkan bahwa kegiatan berprokrastinasi adalah kegiatan menunda melakukan sebuah hal dan menggantinya dengan kegiatan lain. Tetapi bermalas sebenarnya tentang tidak berkerja, tidak melakukan apa-apa, dan menghindari mengeluarkan tenaga dengan segala cara. Orang yang bermalas sama sekali tidak mengeluarkan tenaga melakukan hal lain, orang yang berprokrastinasi aktif menunda tugasnya bukan hanya menghindarinya.
Hal ini didukung oleh Neel Burton dalam bukunya “Heaven and Hell: The Psychology of the Emotions.” (2015). Burton menyebutkan bahwa prokrastinator dan pemalas kurang motivasi, tetapi tidak seperti pemalas, prokrastinator ingin menyelesaikan tugasnya dan banyak yang akhirnya selesai, walaupun menyebabkan prokrastinator mengalami stres berlebihan, frustrasi, merasa bersalah, dan merasa kehilangan produktifitas.
Perbedaan kedua terletak pada alasan yang berdiri di belakang kedua kondisi pikiran ini. Salah satu faktor pertama dan terpenting yang memfasilitasi prokrastinasi adalah perfeksionisme, dorongan untuk berfungsi pada tingkat setinggi mungkin, untuk menyelesaikan setiap tugas tanpa kesalahan, dan secara umum harapan yang sangat tinggi yang cenderung dimiliki orang tentang diri mereka sendiri menyebabkan mereka menghindari tugas yang, secara tidak sadar, ditakuti tidak bisa mereka lakukan dengan sempurna. Hanya “baik” tidak cukup bagi orang tersebut, jadi secara alami, untuk menghindari menghadapi ketidaksempurnaan mereka sendiri dan kemampuan terbatas (yang normal bagi makhluk hidup), mereka menunda pekerjaan mereka.
Prokrastinasi juga sering dihubungkan dengan proses pengambilan keputusan. Ketika kita merasa bahwa kita akan membuat keputusan yang salah, konsekuensinya yang tidak bisa diperhitungkan, kita secara otomatis menunda untuk membuat keputusan ini untuk menghindari konsekuensi yang tak terduga dan berpotensi tidak menyenangkan.
Kemalasan lebih merupakan mekanisme penanggulangan, membantu jiwa manusia menangani masalah-masalah selain pekerjaan. Orang malas belum tentu membosankan, mereka cenderung lebih cerdas, dan mampu bekerja di bawah tekanan berat. Namun, untuk menghemat sumber daya emosional, psikologis, dan lainnya (yang mungkin terkuras oleh kerja keras dalam waktu yang lama, atau karena keadaan hidup yang rumit, dan sebagainya), orang yang malas menggunakan kecerdasan mereka untuk menemukan celah, yang memungkinkan mereka untuk melakukan sedikit mungkin bekerja, atau tidak sama sekali. Agak sering, tindakan ini disertai dengan sikap “i-do-not-care” (tak acuh), sebagai bentuk penghalang psikologis tambahan terhadap tekanan dan tanggung jawab.
Ilustrasi dari keterangan diatas dapat digambarkan sebagai berikut: “A” harus menyelesaikan Pekerjaan Rumah namun ketika dia mulai menulis ia memilih untuk browsing sepatu-sepatu yang ingin dibeli karena sepatu yang “A” miliki sudah mulai rusak. Hal ini dinamakan prokrastinasi.  “B” memilih untuk tidak menyentuh bukunya sama sekali dan memilih untuk tidur saja, ini dinamakan malas. Contoh lain lagi adalah, “C” seharusnya mengerjakan tugas prakarya tetapi ia memilih untuk belajar bermain gitar yang dilakukannya secara serius, ini dinamakan prokrastinasi. Orang yang malas tidak memilih bermain gitar, melainkan tidak melakukan apa-apa.
Seperti yang bisa kita lihat, walaupun prokrastinasi dan kemalasan terlihat sama, ada garis tipis di antara mereka. Prokrastinasi adalah hasil dari perencanaan yang buruk, ketakutan membuat keputusan, dan perfeksionisme, dan terwujud dalam menunda hal-hal mendesak demi melakukan sesuatu yang tidak terlalu menegangkan. Kemalasan merupakan pertahanan jiwa melawan stres dan kelelahan. Sebuah sinyal yang badan kita kirimkan agar kita dapat berisitirahat. Kemalasan adalah tentang menghindari tanggung jawab sepenuhnya, dan meskipun normal bagi seseorang untuk merasa malas dari waktu ke waktu. Ketika menjadi kronis, itu bisa membahayakan kehidupan profesional dan pribadi seseorang.
2.3 Mengenali Kondisi Prokrastinasi
Untuk menguji teori prokrastinasi pada bab-bab sebelumnya, penulis melakukan wawancara kepada 20 orang responden setingkat SMP secara acak. Responden terdiri dari 14 laki-laki dan 6 perempuan dengan rentang usia 13-14 tahun.
Dari ke-20 responden tersebut diketahui bahwa seluruhnya sering melakukan penundaan tugas sekolah.  Alasan terbanyak melakukan penundaan tugas adalah karena mempunyai hal lain yang lebih diminat yaitu sebesar 55%. Alasan kedua adalah karena merasa tugasnya terlalu susah dengan jumlah 25%. Alasan ketiga adalah karena memang tidak berminat untuk mengerjakan tugas sekolah, yaitu sebesar 20%.     


85% responden yang menunda tugas melakukan kegiatan yang bersifat hiburan selama menunda tugas, seperti browsing di internet, dan bermain Smartphone. Namun ditemukan bahwa satu orang responden yang menyatakan bahwa tugasnya terlalu susah memilih untuk mengerjakan tugas lain. Satu orang responden yang menyatakan ada hal lain yang lebih diminati memilih untuk melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan tugas sekolah. Sementara satu orang responden yang menyatakan ada hal lain yang lebih diminati memilih untuk mengerjakan tugas lain. Hal ini menunjukan bahwa prokrastinasi di satu tugas juga bisa menjadi produktif untuk tugas atau hal yang lain.
Gambar 2.2 Kegiatan Yang Dilakukan Siswa-Siswi Selama Menunda Tugas
Seluruh responden menyatakan bahwa tugas sekolahnya tetap diselesaikan walaupun 70% menyatakan menyelesaikan secara terburu-buru dan 30% menyatakan menyelesaikan tugasnya melewati batas waktu.

Gambar 2.3 Penyelesaian Tugas Sekolah

2.4 Teknik-Teknik Mengatasi Prokrastinasi
Jane B. Burka (2008) menyatakan berbagai cara mengatasi prokrastinasi adalah sebagai berikut:
      1) Mengenali masalah
Langkah mengenali masalah terdiri dari mengenali jenis tugas yang kita hindari, misalnya hanya menghindari tugas pelajaran matematika dibanding pelajaran Ipa, atau menghindari memulai menulis karya tulis. Lalu setelah mengetahui apa yang dihindari maka kita harus mengetahui bagaimana cara kita berprokrastinasi, misalnya apakah memilih membaca buku yang lain, atau browsing di internet untuk topik yang berbeda atau hal lainnya. Langkah berikutnya adalah mengenali alasan melakukan prokrastinasi. Contohnya tidak menemukan kalimat yang tepat untuk ditulis, pertanyaan tugasnya tidak dimengerti, merasa waktunya masih banyak.
      2) Membuat target dan cara mencapainya
Langkah membuat target terdiri dari menentukan hasil yang ingin diselesaikan. Dalam menyusun target sebaiknya tidak membuat target yang terlalu tinggi, misalnya membuat karya tulis dengan waktu yang cepat dengan tema yang sulit. Target bisa dibagi dalam beberapa tahapan yang mudah dicapai misalnya membuat target untuk dapat berkonsultasi terlebih dahulu kemudian, target berikutnya membaca satu atau dua halaman buku petunjuk atau daftar pustaka, lalu target berikutnya adalah meminta bantuan atau bertukar pikiran dalam menyusun kalimat-kalimat pertama.
 Langkah berikutnya membuat waktu memadai untuk melanjutkan sendiri, dan seterusnya. Yang penting target harus dibuat realistis dan mudah dicapai tetapi terus menerus ditingkatkan sampai tugas tersebut dapat diselesaikan. Dalam menyusun target juga dapat ditambahkan target yang sifatnya mendorong ambisi masing-masing misalnya menyelesaikan tugas dengan nilai terbaik di kelas, atau menyelesaikan tugas yang dapat dijadikan contoh seluruh siswa. Apabila target tersebut diikuti dengan keinginan mendapatkan penghargaan maka akan lebih baik lagi.
      3) Menyusun jadwal
Membuat jadwal bisa dengan cara menyusun daftar prioritas atas langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai target-target yang telah diketahui. Daftar prioritas tersebut sebaiknya disusun dalam jadwal yang jelas baik jadwal harian, mingguan, atau bulanan. Sebagai contoh adalah menyusun jadwal penyelesaian karya tulis dalam 3 bulan yang terbagi menjadi, bulan pertama mengumpulkan data-data, bulan kedua menulis dengan bantuan pembimbing, dan bulan ketiga menyiapkan bahan presentasi. Pada bulan pertama jadwal bisa dibagi dalam mingguan bahkan harian misalnya dengan mengumpulkan buku selama satu minggu, lalu minggu berikutnya berkonsultasi, dan seterusnya.
Dalam membuat jadwal tersebut bisa digunakan alat-alat bantu misalnya organiser atau whiteboard yang dipasang di kamar. Jadwal yang terlihat banyak orang bisa membantu orang lain turut mengingatkan. Setiap langkah yang sudah dilakukan dapat diberi tanda bahwa telah selesai dilakukan, jadwal yang bisa memperlihatkan daftar langkah dan target yang sudah selesai dilakukan dapat memberikan motivasi untuk melanjutkan langkah berikutnya. Pembuatan jadwal seperti ini juga membantu mengingatkan pada hal-hal yang sering kita lupa lakukan.
      4) Mencari dukungan dan menghindari hambatan
Prokrastinasi bisa dihindari apabila ada orang lain yang membantu, mengawasi, atau mendukung kita dalam menyelesaikan tugas. Apabila alasan prokrastinasi adalah karena sulit maka harus secara aktif kita mencari bantuan. Lalu menghilangkan hambatan bisa dilakukan dengan cara menjauhi hal-hal yang mengganggu konsentrasi seperti jauh dari televisi dan handphone, serta mencari ruangan yang tenang atau memasang musik yang bisa membantu pikiran menjadi fokus.


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Prokrastinasi adalah kegiatan aktif yang irasional, karena menunda tugas yang diketahui apabila tidak dikerjakan akan berakibat buruk. Alasannya hanya karena tidak menyenangkan. Prokrastinator cenderung memilih melakukan hal yang tidak bermanfaat tetapi menyenangkan daripada mengerjakan tugas yang membosankan. Tetapi prokrastinator cenderung tetap menyelesaikan tugasnya.
Pemalas tidak ingin mengeluarkan tenaga sedikitpun untuk mengerjakan tugasnya, sesuatu yang berbeda dengan prokrastinator yang menggantikan tugasnya dengan mengerjakan hal lain. Apabila seorang pemalas memilih untuk tidur, prokrastinator cenderung melakukan hal-hal lain seperti membersihkan kamar, berlatih memain gitar, dan melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang bermanfaat.

14
Berdasarkan data, responden memilih untuk berprokrastinasi karena ada hal lain yang lebih diminati, merasa tugasnya susah, dan tidak berminat sama sekali pada tugas tersebut. 85% responden menyatakan memilih melakukan hal-hal yang bersifat menghibur diri selama melakukan prokrastinasi sedangkan 15% lainnya memilih mengerjakan tugas lain atau mengerjakan hal yang tidak berhubungan dengan tugas sekolah. Seluruh responden tetap menyelesaikan tugasnya walau 70% dilakukan secara terburu-buru dan 30% lainnya melewati batas waktu
Hal ini menyebabkan prokrastinator mengalami stres dan dibutuhkan cara-cara untuk mengatasi kebiasaan prokrastinasinya. Beberapa tips yang sering disarankan kepada seorang prokrastinator adalah mengenali masalah, membuat target, menyusun jadwal, dan mencari dukungan dari orang-orang yang bisa membantu kita menyelesaikan masalah.
3.2 Saran
Untuk Penulis, topik prokrastinasi sebetulnya bisa diteliti lebih dalam dari aspek psikologis. Penulis tidak menguji apakah prokrastinator dipengaruhi oleh suasana di sekolah, hubungan dengan guru, atau suasana di rumah. Penulis juga tidak menguji prokrastinasi berdasarkan jenis mata pelajaran. Hal ini perlu dilanjutkan dalam penelitian berikutnya.
Untuk Pembaca, topik prokrastinasi seringkali diremehkan oleh banyak pembaca, namun beberapa teori diatas mengatakan bahwa ini adalah hal yang serius namun dapat diatasi dengan cara-cara yang benar, untuk itu karya tulis ini sebaiknya dikembangkan lebih jauh.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. The Differences Between Procrastination and Laziness. www.academichelp.net/uncategorized/differences-procrastination-and-laziness.html. (Diakses pada Selasa 2 Februari 2019, pukul 18:35 WIB)
Burka, Jane Belle. 2008. Procrastination.: Why You Do It, What To Do About It Now. Cambridge: Da Capo Press.
Burton, Neel. 2015. Heaven and Hell: The Psychology of the Emotions. Oxford: ACHERON Press.
Manktelow, James. 2016. How to Stop Procrastinating, Overcoming the Habit of Delaying Important Tasks. www.mindtools.com/pages/article/newHTE_96.htm. (Diakses pada Senin 1 Februari 2019, pukul 21:28 WIB)
Steele, Piers. 2011. The Procrastination Equation. Millers Point: Murdoch Books Australia.
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penghapusan Mata Pelajaran TIK

Membuat Video di Youtube.com

Ekskul Fotografi